Feeds:
Posts
Comments

Archive for April, 2010

Merasakan Manisnya Iman

Dalam sebuah kesempatan forum ilmu, saya mendapat tausyiah tentang salah satu hadist. Tentang bagaimana merasakan manisnya iman. Berikut kutipannya:

brain-news.blogspot.com

Muhammad bin al-Mutsanna menceritakan kepada kami,
Abdul Wahhab ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami, Ayyub
menceritakan kepada kami dari Abu Qilabah dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Terdapat tiga perkara, siapa saja yang ketiga perkara itu terdapat pada dirinya, niscaya ia akan merasakan manisnya iman: Allah dan R asul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya; tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah; dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. al-Bukhari, no. 16.)


Karena iman bersifat naik dan turun, maka sebagai seorang mukmin perlu mempertahankan cara-cara yang dapat mendekatnya pada Allah:

  1. Membaca Al-quran (menjadi pribadi yang qurani)
  2. Memperbanyak amal sunnah
  3. Membiasakan diri berzikir
  4. Mencurahkan waktu untuk berkhalwat dengan Allah
  5. Mengikuti majelis yang mengkaji ayat-ayat Allah

Waspadai pula hal-hal yang dapat menurunkan iman:

  1. Sifat santai dan bermalas-malasan
  2. Lalai akan urusan akhirat
  3. Ghurur (tertipu) dengan berpikir bahwa amal sudah banyak, mendahulukan amal sunnah daripada wajib

Read Full Post »

Bulan April ada sebuah momentum yang menjadi special bagi masyarakat Indonesia, khususnya kaum perempuan. Ya, tak salah sagi, tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. Sekalipun saya sejak kecil tidak tumbuh dalam kultur “bahwa hari kartini = hari berkebaya”, tetap saja selalu ada panggilan untuk mencermati kiprah perempuan Indonesia. Entah itu gerakan, pemikiran, organisasi, maupun tokoh-tokohnya. Salah satu yang menarik untuk saya angkat adalah Rohana Koddoes.
__________________________________________________________
Abad ke-20 adalah masa dimana pergolakan pemikiran muncul. Termasuk anak-anak negeri Hindia Belanda. Politik etis yang awalnya hanya politik balas budi, keprihatinan atas kebijakan kesejahteraan bangsa Indonesia yang sebelumnya dieksploitatif, telah melahirkan sebuah generasi yang mengecap pembangunan melalui institusi pendidikan modern dan mengenal perubahan. Termasuk pemudi-pemudinya.

Saat di bagian daerah Indonesia yang lain telah muncul inisiasi sekolah perempuan, demikian pula yang dlakukan Roehana Koeddoes. Ia mengambil jalur jurnalistik dan penerbitan sebagai bentuk perjuangannya. Surat kabar Soenting Melajoe secara eksplisit ia dirikan sebagai media mendorong kemajuan perempuan. Lahir di Kotagadang, 10 Desember 1884, sejak kecil ia telah menunjukkan kecendrungan untuk terjun di dunia jurnalistik, selain tentu saja pendidikan kaum perempuan. Ia bahkan merupakan wartawan perempuan pertama di Indonesia.

Roehana sangat peduli dengan nasib anak-anak perempuan yang tidak sekolah dan tidak memiliki ketrampilan. Untuk itu ia mengajarkan ketrampilan menjahit dan membuat bermacam perhiasan sehingga dapat menambah pemasukan keluarga. Selain itu,ia berjuang menanamkan kesadaran kepada kaum ninik mamak –yang dalam tradisi masyarakat Minangkabau memiliki peranan penting dalam keluarga- agar peduli megenai pendidikan anak perempuan. Atas dasar itu pula, dengan dukungan masyarakat setempat,

Roehana Koeddoes mendirikan lembaga pendidikan khusus untuk membantu kaum perempuan di kotanya, Sekolah Kerajinan Amai Setia. Sekolah itu sengaja dirancang Roehana untuk membantu kaum perempuan Kotagadang agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demkian, mereka diharapkan mandiri, tidak sepenuhnya tergantung pada kaum laki-laki. Sekolah tersebut memberikan pelajaran-pelajaran yang mendukung tujuan tersebut :

1. Kerajinan tangan yang berguna bagi perempuan
2. Baca-tulis huruf Arab-melayu dan latin setingkat sekolah dasar
3. Pendidikan rohani dan akhlak menurut ajaran agama dan amal ibadah
4. Kepandaian mengurus rumah tangga dan
5. Pengetahuan umum

Kiprahnya semakin cemerlang saat ia menggeluti dunia penerbitan. Didukung bakatnya dalam menulis, Roehana sadar bahwa media merupakan media yang efektif dalam mensosialisasikan gagasannya ke audiens yang lebih luas. Ia juga tumbuh dalam masyarakat Minangkabau yang saat itu telah akrab dengan kegiatan penerbitan. Ia membaca sejumlah surat kabar yang terbit di Indonesia dan di dunia Melayu-Nusantara. Korespondensinya dengan Soetan Maharaja, pemimpin redaksi Oetoesan Melajoe (surat kabar terkemuka dalam kebangkitan masyarakat Melayu) semakin meneguhkan cita-citanya membuat surat kabar yang khusus menampung aspirasi kemajuan kaum perempuan.

Atas bimbingan dan dukungan Soetan Maharaja dengan Oetoesan Melajoenya, juga berdampak pada Roehana. Tanggal 12 Juli 1912 secara resmi Soenting Melajoe terbit. Ia dibantu oleh Zubaidah Ratna Juita, anak Soetan Maharaja yang telah memiliki pengalaman dalam mengelola surat kabar. Soenting berarti perempuan, sehingga dengan nama tersebut dia memaksudkannya sebagai surat kabar perempuan di dunia Melayu.

Terbit setiap seminggu sekali, Soenting Melajoe secara umum memuat tulisan-tulisan berupa artikel tentang kemajuan kaum perempuan, atau berupa syair yang berisi imbauan mengenai subjek yang sama. Surat kabar ini juga memuat sejarah dan biografi sejumlah tokoh yang berpengaruh khususnya dalam gerakan untuk kemajuan kaum perempuan. Di samping itu, surat kabar ini juga menghadirkan berita-berita dari luar negeri yang disadur Roehana dari majalah dan jga buku-buku terbitan luar negeri, khususnya yang berbahasa Belanda. Soenting Melajoe terbit selama sembilan tahun hingga 1992.

Kutipan Roehana dalam Soenting Melajoe terbitan 23 Mei 1913 :

“Apabila diperhatikan bagaimana pergerakan bangsa waktoe ini, dan diperbandingkan dengan gerakan Hindia dan difikirkan bagaiaman gerakan Sumatera waktoe ini, maka tahoelah kita bahwa masih djaoeh djalan jang kita tempuh ke padang jang bernama kemadjoean.

Akan tetapi hal ini djanganlah disia-siakan teroetama bagi orang yang berperasaan tjinta, kasih sajang kepada bangsa dan tanah airnja. Hingga waktoe sekarang terang kelihatan benar bagaimana gerakan boemi poetra hendak meniroe gerakan bangsa Eropa jang telah madjoe. Sepakat mendirikan perkoempoelan dan lain-lain mengenai peladjaran. Di Alam Minangkabau kita soedah poela berboenga dengan mendirikan beberapa perserikatan.

Biarpoen banjak perserikatan teroetama boeat laki-laki, akan tetapi marilah bangsa perempoean berani minta terima kasih kepada ahli-ahli soepaja kita dihelanja dari lembah kegelapan ke djalan jang terang”.

Roehana Koeddoes

Roehana Koeddoes, salah satu bintang terang Indonesia. Jadilah satu bintang terang lagi, kawan!

(intisari dari buku Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan). sumber lain tentang Roehana Koeddoes

Read Full Post »