Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘urang Bandung’ Category

Tidak menyia-nyiakan kesempatan! Sepertinya konsep ini yang berlaku bagi sekelompok anak muda seperti saya dan teman-teman, alumni resimen mahasiswa Batalyon I/ITB. Jika saja ada 5 orang atau lebih berkumpul di Bandung, maka langsung saja terbetik ide untuk berkegiatan bersama. Mulai dari yang sederhana, seperti makan bersama, diskusi, silaturahim ke alumni senior hingga kegiatan yang hari ini saya lakukan. Yup, tracking!

Sudah lama hasrat berpetualang memanggil-manggil. Jadi rasanya saya sudah lama tidak berjalan kaki sejauh masa-masa latrak Diksar menwa. Sebulan yang lalu saya kembali absen ke Rinjani, sedangkan misi tsb dilaksanakan oleh Reni, Galuh dan Surya.  Dan hari ini saya beserta 6 orang teman lainnya memutuskan untuk jalan ke Punclut, Bandung Utara. Mereka adalah Febi, Anggun, Enrico (ekek 39), Reni, Surya, Galuh (ekek 41) dan pak Nomo (senior). Lokasi yang tak jauh dari kampus ITB. Ide tercetus kemarin malam, sedikit koordinasi, laksanakan!

Rute dari ITB ke terminal Dago awalnya mau naik angkot. Tapi kami merasa lebih seru jika jalan kaki saja. Alhasil 30 menit kami sudah tiba di terminal Dago dan siap memulai perjalanan.

Pertama-tama…turunan tajam. Enak dong!

Lalu tanjakan melingkar..napas mulai pendek..huf..huf..Kabut yang menyelimuti mulai samar berganti siraman matahari pagi yang hangat. Tak hanya kami saja yang tracking, namun banyak pula orang-orang lain. Terutama para biker (sepeda) yang melintas bergerombolan.

Supaya tetap semangat, foto-foto dulu kakak 😀

Pose 7

Pemandangan di sekitar cukup asri walau sudah ada pembangunan di sana-sini. Jalanan terus menanjak. Kami mulai berpencar. Pak Nomo, Surya dan Galuh memimpin di jalur depan. Saya di tengah. Sedangkan Rico dan Reni mulai kepayahan. Maklum reni baru saja pulih dari typhus, namun bela-belain tetap ikut. Sampai-sampai (ex) Komandan Anggun turun tangan untuk menyemangati anggota. Ayoooo..maju terus!

Ayo..maju terus!

Jalan datar jadi pit stop untuk mengatur napas dan menetralisir detak jantung. Namun itu tak lama kawan karena tanjakan selanjutnya menanti. Rasa pegal menjalar di kaki. Tapi tak ada istilah berhenti…lanjut!

Saya menatap ke belakang. Dua rekan saya, Reni dan Rico akhirnya memutuskan nyambung pakai angkot hingga ke atas. Tak apalah, jangan memaksakan kondisi. Sayangnya saya luput menjepret mereka yang melaju dengan angkot dago 🙂

Di sisa-sisa tanjakan, saya mulai kepayahan juga. saya memilih untuk jalan pelan, berhenti 5 detik, ambil napas dan melangkah lagi. Hehe..payah ya? Maklum sudah lama tidak latihan fisik secara rutin. dan tralaaaaa… 10 langkah akhirnya sampai juga di jalanan datar.

Phiuuufff…rehat dulu. Pasukan bertujuh sudah komplet. Baru setelah itu kami mencari saung untuk makan pagi. Ternyata, kami butuh 2 jam untuk tiba di Punclut.

Kalau bicara soal kuliner, deretan saung sudah menanti. Makanan khas sunda dan surabi. Menu-menu yang ditawarkan mulai dari ayam, ikan, pepes, tahu, tempe, tutug (keong), oncom dan banyak lagi. Akhirnya kami merapat ke sebuah saung. Suasananya ramai..berarti makanan dan servisnya enak.

Semerbak baunya

Walaupun tidak dapat tempat yang pojok, tak mengurangi kenikmatan sarapan. Apalagi untuk Reni yang langsung ditawari mencoba tutug. Disajikan dalam kuah rebus dan bumbu-bumbu, cara makan keong ini bisa menggunakan tusuk gigi untuk mencapai dagingnya. Atau bisa juga dihirup. Sruluuup…

Menu beras merah dan lauk pauk tersaji. Lalapan dan sambel pun tak ketinggalan. Pasukan 7 ini pun makan dengan lahapnya. Kesegaran kelapa muda membuat segalanya menjadi komplet. Biar seru, saya kembali jepret-jepret lagi dan meminta teman untuk update status. Hehe…penting kan? 😀

Rico beraksi!

Lepas santap dan berbincang-bincang, saatnya melanjutkan kembali perjalanan. Kali ini kembali jalan kaki. tenang saja, jalur pulang adalah menurun melewati pasar kaget Punclut-Ciumbeuluit. Dan persis! Hari Minggu pedagang, pembeli, orang yang lalu lalang sangat banyak. Jalanan yang 2 arah terkadang membuat para pengendara kendaraan harus mengantri sangking ramainya orang.

Ramainya orang-orang

Saya cuma cuci mata saja. barang-barang yang didagangkan adalah sayur, buah, jajanan pasar, aksesoris, barang pecah belah, dll. Seperti Gasibu mini saja. Uniknya per 10 meter ada band lokal yang sedang tampil. Mereka terus bernyanyi dengan sound system seadanya, statis di tempat dan di depan mereka terdapat kotak saweran. Mengharap rupiah orang-orang mampir di kotak tersebut.

Dagang sayur

Wah, sangking kecilnya jalan, sudah dipenuhi penjual plus orang yang lalu lalang. Praktis kecepatan jalanpun menyesuaikan. Akhirnya pukul 11 kami mencapai jalan utama Ciumbeluit.

Perjalanan masih diteruskan dengan jalan kaki. Lagi-lagi karena jalanannya menurun. Cuaca pun mendukung. Hangat, tidak panas. Tanpa terasa sudah memasuki simpang Gandok dan mural Siliwangi. Lihatlah..masih segar bugar semua kan?

Tetap seger, semangat!

Alhasil, hari ini 4 jam untuk jalan kaki dengan sedikit istirahat. Luar biasa deh! Spontan dan menyenangkan! Bravo untuk Yon I/ITB! Semoga tetap sehat dan kompak.

Read Full Post »

5 Februari 2010 saya berkesempatan mengikuti training Identifikasi Korban Traffcking di Jawa Barat yang diselenggarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Bekerja sama dengan NGO International Organization for Migration dan dihadiri oleh peserta dari berbagai stake holder seperti Dinas Kesehatan, kepolisisan, Kejaksaan, dan LSM yang bergerak di bidang perlindungan hukum, perempuan dan anak.

Ternyata Prov. Jawa Barat menempati peringkat kedua dalam jumlah korban perdagangan manusia (trafficking). Pada tahun 2009, terdapat 700 korban trafficking asal Jawa Barat, di bawah Kalimantan Barat dengan 750 korban. (Bareskrim Mabes Polri)

Berikut beberapa catatan, semoga bermanfaat.

Kata “Trafficking”  berasosiasi pada kata Trafiking yang artinya perdagangan orang . Bentuk perlingdungan yang telah ada di Indonesia yaitu  UU 21/2007, lebih dikenal dengan TPPO = Tindak Pidana Perdagangan Orang .

Definisi Traficking

Perekrutan, pegiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat meperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi.

Eksploitasi termasuk, paling tidak, eksploiasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitai seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh. (United Nation, Pasal 3 Protokol PBB untuk Mencegah, Menekan dan Menghukum Trafiking Manusia, Khususnya Wanita dan Anak-anak, ditandatangani pada bulan Desember 2000 di Palermo, Sisilia, Italia)

Sedangkan definisi TPPO dalam UU 21/2007 adalah Tindakan perekrutan, pengangkutan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memgang kendali orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi [pasal 1 (1)]

Tindakan Pidana Perdagangan Orang: adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam undang-unadang ini [pasal 1 (2)].

Oke, mengapa definisinya sedikian rumit?

Karena dari definisilah akan mempermudah identifikasi TPPO. Jangan salah lho, selain traffcking juga ada istilah smuggling. Lanjut ya…

Secara garis besar, trafficking terbagi dua:

  1. Korban usia <18 tahun
  2. Korban > 18 tahun

Suatu kasus baru dapat disebut TPPO jika tercapai 3 unsur berikut:

1. Proses : pergerakan , 2. Cara, 3. Tujuan : eksploitasi . Ini berlaku untuk identifikasi korban yang berusia >18 tahun. Sedangkan jika korban adalah anak <18 tahun maka cukup melakukan 2 tahapan saja   : Proses  dan Tujuan.

Mengapa ada perbedaan? Penjabaran tentang ke-3 point di atas akan lebih jelas seperti uraian berikut.

  1. Proses : Metode Pergerakan. Apakah orang tsb:
  • Direkrut? atau
  • Ditransportasi? atau
  • Dipindahkan? atau
  • Ditampung? atau
  • Diterimakan di tujuan?

Jika TIDAK, ia bukan korban trafficiking

Jika YA, maka masuk ke tahap identifikasi no. 2 yaitu, CARA

2. CARA. Apakah orang tersebut:

  • Diancam? atau
  • Dipaksa dengan cara lain? atau
  • Diculik? atau
  • Menjadi korban pemalsuan? atau
  • Ditipu? atau
  • Menjadi korban penyalahgunaan kekuasaan?

Jika TIDAK, ia bukan korban trafiking

Jika YA, maka masuk ke tahap identifikasi no. 3 yaitu, TUJUAN

3. TUJUAN : Eksploitasi. apakah korban tereksploitasi? Dapat termasuk dalam kategori eksploitasi bila :

  • Pelacuran, atau
  • Bentuk lain dari eksploitasi seksual, atau
  • Kerja Paksa, atau
  • Perbudakan, atau
  • Praktek-praktek lain dari perbudakan (mis. tugas militer paksa), atau
  • Pengambilan organ-organ tubuh, atau

Jika jawabannya YA, ia adalah KORBAN TRAFIKING.

Jika jawabannnya TIDAK, ia bukanlah korban trafiking.

Bagaimana cara mengetahui apakah seseorang itu adalah VOTS? (Vicims ofTraficking)?

Berikut beberapa indikator umum:

  • Orang tersebut tidak dapat pindah ke lokasi baru atau meninggalkan pekerjaan mereka.
  • Orang tersebut tidak mengelola uang mereka sendiri.
  • Orang tersebut tidak menguasai dokumennya sendiri, seperti paspor, kartu pengenal, dll.
  • Orang tersebut tidak dibayar untuk pekerjaannya atau dibayar sangat rendah.
  • Orang tersebut tinggal bersama beberapa orang lainnya dalam kondisi tidak bersih atau tinggal bersama majikannya (mungkin mucikarinya).
  • Orang tersebut jarang sendirian dan tampaknya selalu memiliki pendamping.
  • Orang tersebut tampak memiliki luka fisik atau bekas luka, seperti goresan, memar, atau luka bakar.
  • Orang tersebut menunjukkan sikap penurut.
  • Orang tersebut memperlihatkan gejala tekanan emosional dan masalah psikologis, seperti depresi, kegelisahan, luka yang dibuat sendiri, cenderung ingin bunuh diri.

Bicara tentang trafficking pasti akan berbicara tentang masalah yang kompleks. Mulai dari himpitan ekonomi, budaya masyarakat, moralitas, hukum, kemanusiaan, policy antar Negara, dll.

Cerita dari staf IOM, Mbak Ana juga cukup membuat saya mengidik. Bagaimana jahatnya orang tua yang memperdagangkan anaknya, sengaja menjadikan anak komoditas seksual, dll. Para gadis remaja yang tepaksa membayar hutang keluarga dan akhirnya mereka dimekanisasi dalam penjualan manusia. Belum lagi cerita-cerita kekerasan fisik dan psikis yang dialami. Persis seperti nasib tragis sebagian TKW Indonesia.

Mencoba surfing ke website terkait, saya membaca:

Salah satu fakta yang menyedihkan mengapa trafficking marak di Indonesia karena budaya konsumerisme yang melanda generasi muda. Selain itu, angka putus sekolah (dropout) di Jawa Barat cukup tinggi dan rata-rata lama sekolah (RLS) yang masih berkisar 8 tahun. “Angka DO di Jawa Barat memang relatif kecil, sekitar 2,5 persen. Namun, karena jumlah anak sekolahnya banyak, siswa yang DO-nya juga ribuan orang,” tutur Direktur Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan Nasional (Kemen-diknas) Eia Yulaelawati, MA.

….

Sebenarnya materi trafficking masih panjang. Insya allah saya share di kesempatan yang lain…

Pada akhirnya saya menyadari…

Kerja-kerja untuk umat adalah sangat banyak. Berat bahkan teramat berat. Maka tak akan mungkin dipikul sendiri oleh pemerintah saja, LSM saja, polisi saja, jaksa saja…kecuali dengan kerja  sama…ya, KERJA SAMA.

Termasuk bagaimana saya, Anda. Perlu menjadi pribadi yang sehat lahir dan batin, kuat itikadnya dan sanggup meringankan urusan umat ini. Insya allah…

Bdg, 18022010

Read Full Post »

Pernah jalan di trotoar jalan Cikutra? pernah memperhatikan kalau di sela paving blocknya bebas dari rumput? Bisa jadi ini adalah jasa seorang lelaki yang saya temui siang tadi.

17 Agustus 2009

13.45 WIB dengan angkot caheum ciroyom saya turun di perempatan Itenas.
Misinya satu. Melayat ke rumah duka teman, Kak Angga. Siang itu cukup terik, sesekali ditambah hembusan angin segar.

Karena belum tahu alamatnya di bojong wetan, saya putuskan jalan sampai Taman Makam Pahlawan.
Tahukan kalo jalan cikutra jarang pohon (kecuali di tepinya)? Maka enggan rasanya jika jalan di trotoar tengah. Saya jalan santai, ingin menikmati suasana. Menikmati suasana merah putih di sepanjang jalan termasuk menikmati lalu lintasnya yang agak sepi.

100 meter dari Taman Makam, saya menyebrang menuju cikutra barat. Sampai akhirnya mata saya memandang satu sepeda yang diparkir dekat trotoar jalan.

sepeda unik
Sepeda ontel dengan bendera merah putih dan triplek bertulis di sisi belakangnya. Unik! Dan ternyata sepeda unik itu saya duga adalah milik seorang bapak tua berseragam kuning yang sedang bekerja di sisi trotoar seberang.

Wah, petugas kebersihan ini rajin sekali, pikirku.
“Hari libur tetap dinas saja”

Saya dan pak petugas itu sempat bertatapan. saya menyebrang dan meneruskan perjalanan.

Entah kenapa pikiran saya tetap ke sepeda tadi. Saya stop berjalan, merogoh ransel dan mengaduk-aduk isinya. Yup, ketemu…Dan saya berbalik arah. Kamera digital mencoba memotret dari jauh..tapi apa daya, si sepeda unik tadi masih terlihat kecil walau zoomnya sudah maksimal.

Melangkah, mendekat…zoom, dan klik…Yes, kali ini capturenya lebih baik. Tulisan di tripleknya terbaca.

yang setia menemani berkelana
“Neng… orangnya ga sekalian dipoto?

Eits, si bapak itu menyadari bahwa sepeda kesayangannya telah memikat saya. Wew..Udah tertangkap basah ni, kudu tanggung jawab..hehe…akhirnya saya menghampiri si bapak.

“Maaf pak, tadi saya potret sepeda bapak…”, sambil senyum manis plus tampang innocent..hehe

“Memangnya Neng belum pernah lihat sebelumnya?

“Belum Pak. Saya potret aja karena unik…”

“Hoho…padahal saya sudah bisa kemana-mana dengan sepeda itu. Di Kick An*y, TV *ne, lain-lain. Udah berapa lama di Bandung?

“Lima tahun, Pak”

Dan akhirnya percakapan pun mengalir…

Ternyata beliau adalah Pak Sariban. Seseorang yang berusia 66 tahun ini mendedikasikan dirinya sebagai relawan kebersihan. Tidak muluk-muluk, beliau hanya ingin Bandung bersih. Saban hari dengan sepeda ontel, peralatan bersih-bersihnya (sapu lidi gagang panjang, serokan dari kaleng, linggis) Pak Sariban akan datang ke tempat yang ia ingin bersihkan. Sekalipun perawakan kecilnya, tangannya kokoh mengarit rumput nakal di sela paving blok trotoar umum. Style uniform kuning dan bercaping dikenakannya dengan bangga. Tak ketinggalan badge nama di sisi kanan : SARIBAN.

“Bapak sudah melakukan ini selama 24 tahun neng. Meski tanpa dibayar, Bapak ikhlas. Rejeki mah udah ada yang ngatur”.

Deg…Apa? 24 tahun pak? Dan tanpa dibayar pula? (dalam hati)
Wah, saya sedang bertemu orang yang tidak biasa ni, pikir saya.

“Yang penting kita bekerja sebaik-baiknya, Neng. Hidup jadi ringan, karena yakin dengan kekuasaan Allah. Allah melihat terus kan? (ziiiiingggg…satu point yang kena banget).

Obrolan pun berlanjut seputar kuliah dan jurusan saya, daerah asal saya dan hingga satu pertanyaan yang agak membuat saya agak-agak gimana gitu…

“Kan sudah selesai tu kuliahnya, cita-cita Neng apa?
“saya jadi malu dengan bapak. Bapak masih tetap semangat bekerja dan berusaha menebar manfaat buat sekeliling”
(pak, cita-cita saya adalah xxx, yyy, zzz…dan yang buat saya agak dezig jebleb-jebleb .. cita-cita saya garis edarnya masih menyangkut pribadi..T-T)

“Ya, Bapak doakan supaya cepat bekerja dulu, terus bisa naik haji” (amin ya Rabb)

Hebat euy, Pak Sariban sudah berkesempatan naik haji lho dengan dedikasinya itu..Alhamdulillah..

Singkat kata singkat cerita… setelah jepret-jepret lagi beberapa tambahan tentang pak Sariban, saya pamit. Melanjutkan misi yang tertunda.

Jam 15.15 misi takziah saya selesai dan saya pun berjalan lagi hingga ke perempatan cikutra. Dan di ujung jalan seberang, sosok Pak Sariban masih di sana. Sendiri, tegar, istiqamah. Padahal saya lihat sepanjang jalan cikutra itu banyak anak-anak muda tanggung nongkrong, bapak-bapak merokok melamun, doing nothing…T-T

trotoar ini jadi saksi
Setiba di kost, saya langsung googling pak Sariban. Subhanallah, banyak fakta baru yang saya dapatkan dan baru saya ketahui…

Banyak orang yang sudah menulis tentang beliau, namun yang bertemu beliau langsung siang tadi, mendapat nasehat, menuliskan ulang untuk kalian dan tergugah untuk mengadopsi semangat beliau..mungkin saya adalah orang beruntung itu…(dan kalian yang membaca notes ini)

Pak Sariban, mungkin engkaulah pahlawan itu…

Mungkin engkaulah citra dari merdeka..merdeka dari rasa malas dan enggan dalam berkarya, merdeka untuk melakukan hal yang mungkin orang anggap hina, merdeka menerima segala susah-senangnya hidup, merdeka dengan prinsip yang engkau anut…kerja ikhlas dan bermanfaat

Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik

Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal Putus asa

(jangan menyerah- d massiv)

Pak Sariban
Bandung, 17082009

Read Full Post »